SUGIYARTO. TIDAK HABIS PIKIR JALAK SUREN BISA MASUK DILINDUNGI

SUGIYARTO KLATEN

Kalau Tak Ada Peternak, Jalak Suren Tinggal Nama Saja

Elemen peternak jalak paling mendominasi peserta aksi 148 di Klaten. Jumlahnya memang banyak, dan mereka secara langsung sudah merasakan dampak Permen 20/2018. Wajar bila saat ini mereka siap berteriak paling keras untuk menyuarakan penolakan.

Di balik ikutnya ribuan peserta aksi di Klaten, ada nama Sugiyarto. Dia tercatat sebagai Ketua Asosiasi Penangkar dan Penghobi Burung Klaten (APPBK), perkumpulan yang dibuat untuk mengorganisasi aksi penolakan Permen LHK pada Selasa, 14 Agustus 2018.

Kepada burungnews, Sugiyarto mengaku sempat ragu dan ada rasa takut juga, kawatir kalau akan terjadi apa-apa pada dirinya karena memimpin demo. “Ya maklum saja, saya kan orang kampung. Hanya peternak dan pedagang burung jalak, tidak pengalaman ngurus aksi. Apalagi yang ikut banyak sekali sampai ribuan. Demo biasanya kan kerjanya mahasiswa. Tapi karena teman-teman minta dan ini murni untuk menyuarakan nasib kami, ya saya berani-beranikan.”

 

 

IBU-IBU IKUT AKSI. KESEHARIANNYA MEMBANTU TERNAK JALAK

 

Apalagi, niatnya bersih, untuk membela penangkar dan penghobi burung. “Bagi kami para penangkar, pedagang, pengrajin sangkar, ini kan urusan perut. Demikian juga para penghobi yang merasa dirugikan oleh terbitnhya Permen ini. Kami bersepakat aksi ini tidak akan dikait-kaitkan dengan kepentingan lain, seperti politik dan lainnya. Kami tiap-tiap elemen juga sepakat menajalankan aksi ini dengan tertib dan damai, tidak boleh ada yang anarkis. Kesepakatan ini yang membuat kami jadi bisa lebih tenang dan mantap menyiapkan semuanya. Meskipun tentu saja ya ada beberapa kendala. Tapi akhirnya semua secara umum bisa berjalan lancar. Kami mengucapkan terima kasih sekali atas dukungan semua pihak.”

Sugiyarto lantas menceritakan keresahan para penangkar setelah keluarnya Permen. Harga burung jalak langsung turun. “Masih untung masih ada yang mau nampung meski harganya turun. Orang luar daerah yang sebelumnya menjadi pasar jalak pada takut mengambil, karena tahu di Permen yang baru ini masuk dilindungi. Kalau gak bawa surat-surat bisa kena urusan di jalan. Meski ada pernyataan di berita katanya ada transisi dan semacamnya, diminta tetap tenang, ada janji tidak akan ada tindakan, kan faktanya berseliweran berita tentang penangkapan, seperti terakhir di Banyuwangi. Jadi ya tetap saja kami terap resah. Ditambah fakta burung yang harusnya sudah dijual masih numpuk dan tetap harus kami beri makan.”

 

STOK JALAK MENUMPUK. PERMEN BIKIN PASARAN JADI RUSAK

 

Sugiyarto dan para peternak di Klaten mengaku tak habis pikir. Kenapa jalak suren bisa masuk kategori langka dan dilindungi. “Lah di sini melimpah kok, di mana langkanya. Di mana LIPI surveinya. Benar-benar tidak masuk di akal kami orang kecil. Sebelum Permen keluar, tiap pekan dari Klaten mengirim setidaknya seribu jalak ke seluruh Indonesia. Sebulan berarti minimal 4 ribu ekor, dan itu sudah berjalan bertahun-tahun sejak 90an. Orang BKSDA juga pasti tahu karena kami para peternak dan pedagang burung di Klaten paling sering berhubungan dengan mereka,” imbuhnya.

Beberapa hari sebelum aksi, Sugiyarto mulai mendata para penangkar jalak. “Sampai saya lembur, tapi tidak rampung juga. Sekarang banyak peternak yang takut untuk didata. Perkiraan saya jumlah peternak jalak bisa mencapai 5 ribuan, tapi baru 40 persen yang bisa saya data.”

 

TOPSONG BREEDING. Paling cocok untuk indukan dan anakan. Dari pengalaman para breeder, produksi tetap lancar kendati sedikit bahkan tanpa EF seperti jangkrik dan kroto. Untuk loloh basah baby juga aman, halus tanpa butiran kasar, piyik cepat besar dan tidak mudah mati. Tersedia dalam kemasan 1, 5, 10, 15, dan 25 kg. HOTLINE 0813.2941.0510

 

Ketika ditanya sejak kapan orang Klaten mulai menekuni ternak jalak, menurut Giyarto, ia sudah melihatnya sejak tahun 80an. “Seingat saya tahun 80an sudah ada, tapi memang baru tumbuh pesat sejak tahun 90an. Puncak booming mulai awal dekade 2.000an, kalau tak salah paling puncak pada 2004. Jadi, jalak-jalak yang sekarang ada, nenek moyangnya ya sudah dari para peternak tahun 80an.”

Tahun 80an, jalak suren masih bisa dijumpai di alam, meskipun jumlahnya tidak banyak. Tahun 90an mulai sulit ditemui. Sekarang bisa dikatakan sudah tidak ada lagi. “Pertanyaannya, apa dosa kami para peternak. Kami bukan pemburu, bukan penjagal. Di alam memang sudah tidak ada, di kandang ternak dan rumah para penghobi, jalak suren berlimpah. Bayangkan seandainya tidak ada upaya penangkaran, tidak hanya di alam yang hilang, di rumah-rumah pun sudah tidak bakal ada lagi. Jalak suren sudah tinggal sejarah, hanya bisa lihat gambarnya saja.”

Sugiyarto juga mengaku sudah bertahun-tahun memakai Topsong Breeding. Karena menurutnya memang bagus, maka ia pun menceritakan secara getok tular (dari mulut ke mulut) tentang pakan ini. Sekarang sudah banyak sekali peternak jalak yang mengikuti jejaknya, menggunakan voer BR produksi dri Topsong.

"Hanya saja, kami para peternak bukan pakai kemasan yang 1 kiloan, tapi yang bagor besar ukuran 25 kilo."

 

BURUNG SAKIT? Jangan panik, ada LA KURUS, obat burung yang sudah terbukti, sudah teruji. Dari Super Kicau Grup yang terpercaya.

 

Lalu bagaimana dengan jenis burung lain seperti murai batu dan cucak rawa. Giyarto berkeyakin nasibnya juga akan sama kalau pemerintah ngotot tidak mau membatalkan atau merevisi. “Kalau peternak dipersulit, lalu bubar, sementara alam juga sudah tidak mendukung, cepat atau lambat juga hilang baik di alam maupun di rumah-rumah. Jadi, sejelek-jeleknya penangkar, setidaknya jenis burung itu masih akan tetap bisa dijumpai sampai kapan pun. Soal kelangkaan di alam, asal ada jaminan bisa aman, nyaman, tidak ditangkap lagi, kami para peternak juga mampu dan mau kok secara berkala melepas ke alam untuk restocking.” (BAG 1, bersambung)

 

KATA KUNCI: appbk klaten sugiyarto peternak jalak klaten permen 20/2018 aksi damai 148

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp