DI LAPANG, DISKUSI KERAP HARUS DENGAN SUARA PELAN

SOAL MC DOBEL AGEN/PEMBISIK

Penjelasan Blak-Blakan dari Bang Boy & Asep DM

Dalam dua pekan terakhir, jagad hobi kicaumania kembali dihangatkan wacana soal “MC Pembisik”. Berawal dari artikel yang diposting redaksi bnr di mediabnr.com pada 9 Februari yang lalu. Siapa MC yang dimaksud?

Burungnews mencoba menelusurinya. Pertama, mengkonfirmasikan hal ini kepada Bang Boy, selaku ketua Yayasan BnR, yang menaungi dan bertanggungjawab atas konten di media tersebut. Beliau pun membenarkan bila tulisan itu memang diposting secara resmi oleh mediabnr.com, atas sepengetahuan dan persetujuannya.

 

 

CUPLIKAN ARTIKEL MC PEMBISIK DI MEDIABNR, 9 FEBRUARI 2019.

 

“Soal MC yang melakukan dobel agen, menjadi ‘penyambung lidah’ dari peserta kepada juri agar lebih memperhatikan burung tertentu, tujuan akhirnya ya untuk memenangkan burung tertentu, awalnya memang dari masukan-masukan. Banyak lah yang kasih masukan ke aku, tak perlu disebut. Tentu saja, kita tidak terima begitu saja mentah-mentah. Kita ada mekanisme untuk cek kebenarannya. Kita amati secara langsung, kita tanyakan ke juri juga apakah hal seperti itu benar terjadi. Jadi benar-benar sebelum mengeluarkan postingan ke publik, kita sudah teliti betul dan yakin bila hal itu memang benar adanya, bukan untuk melempar isu atau mencari sensasi,” jelasnya.

Di media sosial, orang kemudian menanggapi artikel tersebut secara lebih luas. Sebagian berprasangka bila tulisan tersebut ditujukan untuk menyedutkan MC tertentu. Benarkah seperti itu, lalu siapa yang dituju?

Siapa tak mengenal H. Suwadi dari Klaten. Namanya sangat disegani sebagai breeder dan pengorbit murai batu jawara. Simak bagaimana ia mendongkrak perfoma jagoannya, sekaligus juga melindungi burung dari beragam penyakit.

[Dapatkan QUATRICK di kios terdekat atau hubungi 0813.2799.2345 (eks karesidenan Banyumas-Kedu), 0817.0251.279 (DIY dan sekitarnya), 0815.7833.9142 (Boyolali, Semarang, dan sekitarnya), 0853.2521.6660 (Solo Raya), 0811.3010.789 (Jombang dan sekitarnya), 0857.3335.5126 (Surabaya dan sekitarnya), 082242605493 (Banyuwangi dan sekitarrnya)].

 

“Tolong perhatikan dengan seksama. Jelas tertulis “ada beberapa”. Jadi, itu bukan bermaksud untuk menuduh atau menyudutkan satu orang tertentu. Aku juga bukan bermaksud untuk menyudutkan ataui menfitnah, apalagi itu menyangkut kru yang ada dalam keluarga besarku sendiri. Mana mungkin aku mau mengobok-obok rumah sendiri. Yang benar saja,” imbuhnya.

Kalau memang betul itu sesuatu yang nyata dan itu dianggap sebuah pelanggaran, bukankah itu cukup dengan mekanisme internal, seperti mengundang yang bersangkutan, memberi teguran atau peringatan secara langsung, alih-alih malah membukanya ke publik?

“Jadi begini, mekanisme seperti itu dalam organisasi tentu saja juga ada, ada SOP-nya. Tetapi publik sebagai bagian dari stakeholder kami kan juga perlu tahu apa yang kami lakukan bila ada pelanggaran. Organisasi modern itu dalam batas tertentu dan terukur juga butuh keterbukaan, transparasi. Kalau hanya teguran atau peringatan tertutup, malah jadi isu. Seakan itu kita kasih teguran atau sanksi hanya untuk formalitas saja.”

 

ASEP & BANG BOY, MC BERPERAN KENDALIKAN KETERTIBAN PESERTA

 

Mengapa disebut dalam batas yang terukur, menurut Bang Boy karena postingan artikel itu bukan untuk menuduh atau menjatuhkan seseorang. “Aku garisbawahi lagi, tertulis dengan jelas beberapa orang. Jadi salah besar kalau orang menafsirkan kami ingin menjatuhkan ‘satu orang’ tertentu. Terus mungkin ada ditanya, kenapa aku tidak tulis nama langsung beberapa orang itu adalah si A, si B, dan seterusnya? Karena ya memang  ada batas-batas yang mesti aku pegang. Artikel itu bolehlah disebut untuk ‘menjewer’. Biar MC yang bersangkutan itu kalau memang melakukan ya harus ‘merasa’ dong, intropeksi, kemudian memperbaiki diri, tidak mengulangi lagi. Arahnya ke situ. Ini juga supaya jadi semacam efek jera yang efektif. Yang sudah merasa pernah melakukan tidak mengulangi lagi, yang belum juga jangan coba-coba memasuki area yang terlarang.”

Dalam perkembangannya, sebagian publik menafsirkan bila tulisan itu ditujukan kepada Asep DM, salah satu MC yang kerap bertugas di even-even BnR, juga pengurus BnR Jawa Tengah. Karena keluarnya artikel hampir bersamaan dengan keputusan Asep untuk mengundurkan diri sebagai pengurus BnR Jawa Tengah.

 

Jangkrik itu seperti kapsul, apa yang dimakan, itulah yang masuk ke burung kita. Tahukah Anda apa yang dimakan sebelum dibeli? Mungkin saja sayur atau voer sisa yang sudah tidak layak. Bahkan banyak yang tidak diberi makan sehingga makan apa saja termasuk yang dijadikan "rumah" seperti sampah kering atau asbes bekas tempat telur. Mau tahu apa yang seharusnya Anda lakukan, lihat video pendek berikut:

 

Bang Boy pun menegaskan bila itu tidak ada hubungan dengan mundurnya Asep DM dari pengurus Bnr Jawa Tengah. “Soal waktu yang berdekatan itu hanya kebetulan saja. Aku merasa perlu untuk mengeluarkan artikel itu karena kalau tidak segera, itu bisa jadi bom waktu. Aku sudah memperhitungkan semua, termasuk itu besar kemungkinan akan ada penafsiran-penafsiran yang tidak sesuai, bahkan mungkin ada yang akan memelintirnya. Ini ibarat pil pahit yang harus diminum demi kesehatan, demi kebaikan di masa depan. Jadi itu bukan ditujukan untuk menyindir, menyudutkan, apalagi memfitnah seorang Asep sebagai pribadi. Saya ulangi lagi, tolong luangkan sedikit waktu untuk membaca dengan teliti, kan itu artikel pendek saja. Jelas tertulis ‘beberapa orang’. Silakan cek dan tanya pada Asep, saat dia manyatakan ingin mundur, saya ngomong sama dia langsung, sudah meminta untuk tetap bertahan, saya ngomong ke dia tolong dipikir lagi yang matang, tolong dipertimbangkan lagi dan seterusnya. Pengurus BnR lainnya juga menyampaikan hal yang sama. Bahwa kemudian ia merasa sudah bulat untuk mundur, tentu saja itu sepenuhnya menjadi hak dia. Aku sebagai pribadi dan sebagai BnR harus menghormatinya. Aku salut dengan caranya, karena ada banyak lainnya yang pergi begitu saja tanpa ada kabar sama sekali.”

Burungnews pun melakukan konfirmasi kepada Asep DM. Dalam pertemuan yang berlangsung santai, Asep pun menjelaskan beberapa pertanyaan burungnews. Secara umum, Asep mengaku telah menyatakan mundur secara resmi dari kepengurusan BnR dengan cara yang baik, sebagaimana saat masuk juga dengan kulonuwun.

 

 ASEP & BANG BOY. BEDA BAJU BUKAN PENGHALANG PERSAUDARAAN

 

“Sampai sekarang, saya masih merasa cinta dengan BnR. Ini beneran, tidak mengada-ada. Pernyataan mundur saya sampaikan secara lesan, langsung di depan pengurus BnR Jawa Tengah, ada pak Bambang dan jajarannya, juga ada Bang Boy. Jujur, waktu menyatakan mundur, saya sampai menangis, sulit menjelaskannya. Mungkin memang karena saya cinta sampai merasuk ke hati terdalam sama BnR. Ini memang keputusan besar, berat, tapi harus saya lakukan. Jadi soal mundur itu sudah clear. Soal alasan sudah saya sampaikan secara terang benderang kepada jajaran pengurus, tentu saja saya tidak perlu mengungkapkannya secara detil di sini. Garis besarnya ya urusan dapur. Saya kan orang sudah berkeluarga, ada banyak kebutuhan. Bukan karena ada konflik dengan organisasi BnR secara umum. Sampai sekarang saya masih merasa menjadi saudara dengan teman-teman di BnR, saya masih komunikasi, bahkan bersenda gurau. Saya berpegang pada prinsip, hanya karena tidak lagi satu organisasi, atau karena beda baju, janganlah membuat kita terputus persaudaraan.”

Asep mengaku mengetahui dan membaca artikel terkait ‘dobel agen atau MC pembisik’ itu dari link yang dikirim oleh teman-teman. Waktunya memang tidak lama setelah dia memutuskan mundur.

 

 

“Setelah baca, saya merasa santai saja pada awalnya. Karena memang merasa tidak pernah melakukan hal itu. Mungkin itu ditujukan ke MC yang lain. Kan MC banyak, bukan hanya saya seorang. Selain tidak menulis nama, di artikel itu juga tidak menulis secara spesifik ciri-cirinya, atau saat bertugas di mana. Kalau memang tidak melakukannya, kenapa mesti baper. Begitu pikir saya. Jadi saya pun menanggapinya dengan santai, bahkan dengan bersenda gurau. Kami kan terbiasa bersendau guru dengan teman-teman kicaumania. Teman MC lainnya seperti mas Fajar, juga mengatakan bila itu bukan untuk saya, jadi ia bilang santai saja.”

Namun karena dalam waktu yang relatif pendek semakin banyak yang mengirimkan link dan pertanyaan, akhirnya Asep mengaku merasa kurang nyaman. “Saya lelah harus menjelaskan hal yang sama kepada banyak orang. Misalnya mesti menjelaskan dan meyakinkan bila itu bukan saya, kalau selama bertugas menjadi MC maupun sebagai pengurus, belum pernah mendapat teguran atau peringatan. Logikanya, kalau memang itu saya, mestinya sudah ada lah dari dulu-dulu apa itu namanya nasehat, teguran, atau semacamnya."

Soal komunikasi dengan team penilai seperti IP, Korlap, atau kadang juri secara langsung saat bertugas, Asep mengakui kerap melakukannya. Tidak semua bentuk komunikasi dilakukan dengan suara yang keras. Terkadang juga mesti dengan ucapan yang pelan. Hal yang secara fisik memang tampak sebagai bisikan.

“Itu sangat kondisional sifatnya. Sebagai MC, tugasnya luas, bukan semata menyampaikan pengumuman, mulai urutan jadwal, peserta yang sudah nggantang segera keluar arena, hingga meminta peserta merapikan parkir kendaraan misalnya. MC juga dituntut bisa ikut menentramkan suasana, mengendalikan peserta agar tetap tertib dan kondusif. Nah itu yang membuat saya kadang harus sering berkomunikasi dengan team lainnya, seperti sie keamanan, juga team juri.”

Asep lantas mencontohkan, saat di bagian sudut lapangan tertentu ada yang teriak-teriak berlebihan karena merasa burungnya tidak atau kurang terpantau misalnya. Upaya menenangkan peserta tentu saya juga menjadi tugas MC untuk segera melakukannya. Sebab kalau tidak, itu bisa ‘menular’ pada banyak peserta lain dan itu akan semakin sulit dikendalikan.

Membaca burungnews.com lebih mudah dan cepat, unduh APPS dari PLAY STORE (android) atau buka dari GOOGLE PLAY (IOS: Apple, Ipad, Iphone).

 

“Ada upaya formal dan normatif yang saya perlu sampaikan melalui pengeras suara, misalnya meminta peserta supaya tenang dan mempercayakan semuanya pada juri, semua burung pasti dipantau secara adil dan merata.”

Pada situasi seperti itu, Asep mengaku perlu melakukan pendekatan langsung, tentu ngomongnya harus pelan, tidak dengan berteriak-teriak. “Kalau cara itu belum cukup, belum ada tanda-tanda mereda teriakannya, kadang harus menunjukkan secara langsung kepada para peserta itu dengan cara njawil IP, Korlap, atau juri supaya tahu ada yang merasa burungnya tidak atau kurang diperhatikan. Lalu balik lagi ke peserta tadi untuk menunjukkan bila burungnya benar-benar sudah dipantau.”

  

 

Soal apakah burung itu layak masuk nominasi, layak juara dan seterusnya, Asep menegaskan bila itu sudah jadi wewenangnya juri. “Tindakan yang secara fisik mungkin terkesan melakukan upaya bisik-bisik itu saya lakukan untuk kepentingan agar lomba tetap lancar dan kondusif, untuk kepentingan lomba secara umum. Sama sekali bukan untuk membisiki ‘tolong itu burung bagus tolong dikatrol’ dan semacamnya. Sekali lagi, kalau soal urusan menilai burung dan kemudian menyeleksi mana yang layak juara, 100 persen itu wewenangnya team juri. MC atau bahkan pengurus lainnya yang punya jabatan lebih tinggi, tidak boleh ikut campur. Team juri itu sudah disumpah, harus mandiri dalam menentukan keputusan, termasuk mempertanggungjawabkannya hingga ke hadapan Tuhan."

 

 

 

BERITA LAINNYA

KATA KUNCI: bang boy asep dm mc pembisik juri wartawan pembisik

MINGGU INI

DATA JUARA TERBARU

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp