SEBAGIAN PESERTA MUNAS I KAMBING HITAM INDONESIA

METAMORFOSA KAMBING HITAM BC MENJADI EO

Selagi Masih Kecil, Membangun Pondasi yang Kuat Melalui Munas

Kambing Hitam Indonesia, Hebat! Begitulah yel-yel yang diteriakkan dengan lantang oleh puluhan orang berseragam putih-merah di hotel Queen of the South, 19 -20 Juli 2019. Mereka, adalah peserta Munas I Kambing Hitam Indonesia. Mungkin Anda bertanya-tanya, kapan lahirnya, sudah punya berapa cabang, kok udah Munas. Apa tidak terlalu dini?

Pertanyaan yang lumrah. Perubahan “baju” Kambing Hitam dari BC menjadi EO bernama resmi Kambing Hitam Indonesia (KHI) memang tanpa gembar-gembor yang terlalu keras, apalagi sampai bikin heboh berlebih. Mereka memang ingin berjalan pelan, bahkan bila perlu senyap, tapi aksinya pasti dan jelas. Tak perlu sampai menimbulkan gaduh di jagad kicaumania.

“Kami sepakat untuk tidak berjalan terlalu kencang. Kami masih bayi, masih baru, kalau langsung berlari terlalu cepat nanti bisa oleng, bisa terpeleset. Namun bukan berarti stagnan, kami tetap bergerak, namun semuanya harus jelas, pasti, dan terukur,” jelas Sapta, yang kemudian terpilih menjadi Ketua Umum KHI yang pertama.

 

 

Urusan burung, serahkan pada ahlinya. Burung sakit, percayakan pada LEMAN'S. Formula + vitamin, tak hanya menyembuhkan tapi juga memulihkan kebugaran hingga kembali vit seperti sedia kala.

 

Tokoh lainnya, Benz Wira juga mengungkapkan hal yang sama. “Kalau mau, bisa saja kami tumbuh lebih besar dan cepat dari yang sekarang. Sebab begitu kami mengumumkan akan membuat EO, sudah banyak yang langsung ingin gabung, ingin membuat kepengurusan Cabang, pengin menggelar lomba dengan kami. Kalau semua itu langsung diterima, mungkin KHI sudah lebih besar 3 atau 4 kali lipat dari sekarang.”

Namun, demikian dijelaskan Benz Wira, mereka tetap harus punya rem, supaya bisa terarah, tidak asal cepat besar dan heboh. “Kami mencoba belajar dari EO-EO sebelumnya. Apa yang menurut kami kurang pas, ya biar sama-sama tahu sebagai bahan belajar. Apa yang menurut kami bagus dan kemungkinan besar bisa diadopsi, ya tak perlu malu untuk mencontohnya.”

 

 

Sebagai EO, Kambing Hitam Indonesia dideklarasikan pada 23 Juni 2019, bersamaan dengan  digelarnya event LBC Cup. Event ini sudah murni menggunakan juri-juri KHI, karena dua hari sebelumnya sejak 21 – 22 sudah menggelar Diklat Juri.

Dari event LBC Cup, banyak apresiasi yang diperoleh, terutama terkait integritas para juri yang bertugas. “Diklat kami memang diikuti oleh juri yang bukan benar-benar baru. Mereka sebelumnya sudah cukup matang menimba pengalaman dan ilmu di gelaran-gelaran Independen. Jadi kami ibarat tinggal memoles saja, menyamakan atau lebih tepatnya mendekatkan persepsi, burung yang layak juara di Kambing Hitam itu yang seperti apa sih,” imbuh Sapta.

Berita baiknya, proses itu sepertinya tidak terlalu rumit. Tentu saja, setelah event LBC Cup, mereka juga melakukan evaluasi. “Kita dengar masukan dari peserta, juga dari para juri. Mungkin ada hal-hal detil yang masih belum bisa sama persis. Kalau masih ada protes, kita kaji apakah dari sisi peserta lebih mendekati benar dan kami mungkin kurang baik saat itu,  atau bagaimana. Itu semua akan terus kita kaji sehingga ke depan kinerja kami bisa terus membaik.”

 

SUASANA SIDANG DI MUNAS I KAMBING HITAM INDONESIA

 

Genap satu bulan setelah dideklarasikan, kemudian menggelar Musyawaran Nasional I pada 19-20 Juli di Hotel Queen of The South, Parangtritis, Yogyakarta. Munas diikuti oleh 25 orang, mulai dari Pengurus Pusat,  dan beberapa Cabang yang sudah ada yaitu Lombok, Bali, Jember, Lumajang, Kota Yogyakarta, Sleman, Purworejo, dan Wonosobo.

Masih kecil, memang. Tetapi menggelar munas, yang di dalamnya selain memilih pengurus, juga mengesahkan AD/ART, memang tidak perlu menunggu sampai besar. “Kami masih kecil, tetapi justru saat seperti inilah waktu yang tepat untuk menyusun aturan main atau rambu-rambu. Jadi kami tidak nunggu besar dulu baru bikin aturan. Kalau sudah ada aturan yang tertuang dalam AD/ART seperti ini kan jadi enak. Semua ada pedomannya, sampai hal detil seperti tingkah laku anggota pun sudah diatur, apa yang boleh dan tidak boleh, kapan dan di mananya, dan seterusnya. Semua program dan kegiatan kami juga mesti jelas dan tertib secara administrasi. Jadi yang mau gabung dengan kami, ya mesti pelajari itu dulu, dan sepakat untuk sama-sama mentaatinya,” ujar Wira.

Dibahas pula sampai tuntas untuk Program Kerja dalam setahun ke depan, seperti kembali menggelar Diklat Juri, pengembangan Cabang dan lainnya. “Dua hal ini, diklat juri dan pengembangan Cabang, mesti berjalan beriringan. Jangan sampai ada juri yang jauh dan belum ada cabang, nanti kan cukup repot penugasannya. Peserta diklat juri juga tidak asal daftar kami terima, akan ada pembatasan yang diesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan kami dalam menggelar lomba. Terlalu banyak juri tapi minim tugas, kan juga tidak baik,” kali ini diungkapkan oleh Nanank Artha.

 

 

Demikian pula dalam mendirikan atau mengembangkan Cabang baru, kembali digarisbawahi tidak akan dilakukan tergesa-gesa. “Pengajuan Cabang baru jelas perlu dikaji dan telusuri secara menyeluruh. Sebab kami benar-benar ingin Cabang baru nanti benar-benar bisa berjalan efektif. Maka selain kapabilitas dan kualitas SDM yang bersangkutan, juga perlu loyalitas yang  tinggi. Semua itu bisa berjalan kala dari awal sudah sama-sama bisa memiliki misi-visi yang searah, sudah menjalani masa “pacaran” terlebih dahulu, sudah mempelajari AD/ART dan merasa sama-sama cocok, berarti itu baru bisa disebut jodoh, jalan ke arah pembentukan Cabang baru pun bisa dilanjutkan ke fase berikutnya.”

Hal tak kalah penting, adalah soal kepedulian pada konservasi atau kelestarian alam, terutama pada jenis burung yang banyak dimanfaatkan oleh para penghobi. KHI pun sejak awal ingin berperan aktif dalam menjaga kelestarian burung, baik di alam bebas maupun melalui program-program penangkaran.

“Kami mewajibkan tiap pengurus Daerah dan Cabang mesti memiliki penangkar binaan. Kita nanti juga akan menerbitkan ring KHI. Nanti tiap darah atau cabang harus menunjukkan bukti bila mereka sudah menjalankan program penangkaran. Prinsipnya kita sepakatdan memang harus ikut mendukung program yang sudah dicanangkan pemerintah terkait pelestarian Lingkungan Hidup,” terang Robert Pantau, Kabid Konservasi Kambing Hitam Indonesia. [maltimbus]

 

KATA KUNCI: munas i kambing hitam indonesia hotel queen of the south sapta kh benz wira nanank artha diklat juri kambing hitam

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp