LOMBA SAAT PANDEMI SAMPAI LARUT MALAM, JADI SOROTAN

LOMBA BURUNG DI MASA PANDEMI

Masih Saja Berakhir Sampai (Larut) Malam, New Normal atau Abnormal?

Pemerintah sudah memberikan kelonggaran aktivitas masyarakat terkait pandemi corona, tetapi harus menerapkan protokol. Lomba burung juga sudah dimulai lagi. Salah satu yang kemudian jadi sorotan adalah, karena beberapa event berakhir sampai malam hari.

Dalam menerapkan protokol kesehatan, selain wajib masker, sering cuci tangan, dan jaga rajak aman, waktu atau durasi ketika berada di ruang publik apalagi bila dalam kerumunan, juga harus menjadi perhatian.

Hal ini cukup jelas bila kita memperhatikan apa yang berulangkali disampaikan oleh MC lomba, yang mengingatkan para peserta agar jangan saling menunggu saat akan menggantang. “Ayo jangan saling tunggu, masih cukup banyak sesi. Ingat, di masa pandemi ini jam 6 sore nanti kegiatan ini harus sudah selesai,” begitu kira-kira yang disampaikan oleh MC di sejumlah event yang sudah berlangsung.

 

 

 

Beberapa event bisa menyelesaikan dengan baik sebelum jam 18.00, atau kalaupun terlambat tidak terlalu lama. Namun beberapa event yang lain benar-benar jauh melewati waktu yang sudah dipahami oleh umum, yaitu bila kegiatan seperti lomba burung mestinya sudah berakhir pada jam 18.00.

Maka ketika foto-foto yang menggambarkan suasana lomba di malam hari, bahkan sudah cukup larut, beredar di media sosial, beragam tanggapan pun muncul. Kritik berhamburan. Ada yang menyebut sebagai penyalahgunaan ijin, bahkan ada yang menggunakan istilah yang lebih keras, “penghianatan”.

Alih-alih mengedepankan keselamatan dan kesehatan peserta, team juri, panitia, dan masyarakat lain yang berada di lokasi, banyak EO yang di masa pandemi ini dianggap masih getol mengejar sensasi raihan jumlah peserta, atau ingin meraup pendapatan yang besar. Protokol kesehatan pun lebih menjadi formalitas atau hiasan belaka di lapangan.

 

CAPTURE HEROE PURWANTO, IJIN BISA DICABUT LAGI

 

Meski tidak secara langsung, Benz Wira mengkritisi hal ini dengan menuliskan tentang jumlah kelas/sesi dalam sehari atau satu event.

Ia menyebut, untuk penilaian dengan sistem nominasi terbuka, idealnya maksimal 20 sesi saja, sehingga peluang rampung sebelum magrib lebih besar. Lebih dari 20, akan lebih efektif bila menggunakan sistem nominasi tertutup (dari sisi waktu). Catatannya, idealnya tetap tidak sampai 30 sesi.

Bila kita mencoba menggunakan pendapat Benz Wira sebagai patokan, rasa-rasanya cerita lomba yang berakhir larut malam masih akan terus berlangsung dan berlangsung. Coba lihat dan simak dengan baik brosur event-event besar yang sudah tersebar, dan umumnya menggunakan nominasi terbuka, hampir semuanya membuka sampai di atas 30 sesi, ada yang sampai 36.

 

CAPTURE BENZ WIRA, JUMLAH SESI DIBATASI

 

Bagaimana calon peserta yang ingin menyiasati agar hanya ikut kelas-kelas yang main saat hari masih terang saja, dalam hal ini untuk event yang banyak peminatnya sehingga harus pesan tiket lebih dulu bila ingin kebagian tiket. Pilih sesi maksimal 17-20?

“Tidak bisa buat patokan juga mas. Kan selama ini bos kami dari Royal Merapi Klaren memang selalu tekankan tidak boleh main malam, jadi kita sudah antisipasi hanya ikut kelas di bawah sesi 20. Ternyata pernah di suatu lomba, sesi ke-15 saja baru main usai magrib. Gila itu, rata-rata penilaian sampai nancap koncer bisa sampai 25 menit. Saya kebetulan main anis merah, rata-rata burung dahsyat pada mental, akhirnya yang juara yang main aman-aman saja,” ujar Neo Riyadi Timor, kicaumania lawas dari Jogja.

 

WASPADA dengan produk yang logonya MIRIP, dibaca/dilafalkan dengan cara yang SAMA, tetapi BUKAN produk yang dikeluarkan TOPSONG. Lihat selengkapnya DI SINI.

 

Asep DM, sekjen RGN yang baru saja menggelar event Klaten Vaganza, dan kebetulan baru kelar jam 23.30, mencoba menjelaskan.

“Mohon maaf sebelumnya, tidak ada maksud kami menggelar lomba sampai larut malam. Semua pengin rampung lebih cepat. Lebih cepat pulang lebih baik. Tetapi kadang ada sejumlah kendala di lapangan. Kemarin misalnya, lampu sempat ada kendala, beberapa kali mati, sehingga kami jeda untuk perbaikan dulu. Lapangan kita juga tepat berdampingan dengan masjid, jadi pas bersamaan dengan adzan Dhuhur, Asar, Magrib, Isa, juga kita jeda.”

Menurut Asep, jumlah kelas sampai 30an bukan satu-satunya sebab lomba sampai larut malam. “Kita lihat, banyak lomba yang kelasnya kisaran 24 juga tetap rampung sampai malam. Banyak faktor mas, misalnya waktu start lomba sudah molor, terus para peserta saat mau menggantang juga tidak segera, saling tunggu, bisa makan waktu setara waktu penilaian bahkan bisa lebih, belum lagi kadang harus jeda karena ada komplain peserta, kemudian sering ada kendala teknis lainnya yang tak terduga. Secara prinsip, kami dari RGN pun sepakat lomba, terutama di masa pandemi, lebih cepat selesai lebih baik.”

 

 

Bang Boy dari BnR juga sepakat bila lomba di masa pandemi, kelasnya dikurangi dulu. Ia bahkan berharap lomba-lomba sudah bisa rampung lebih awal, jam 17.00.

“Lomba dalam masa pandemik seharusnya kelas agak dikurangi dulu, terus mulainya kita lebih maju jadi jam 08.00. Aku yakin kicaumania bisa mengerti dengan kondisi seperti saat ini. Asal panitia tegas, termasuk supaya tidak ada molor-molor saat mau gantang, aku yakin bisa.”

Bang Boy merasa kawatir kalau lomba terus saja sampai malam. “Takutnya dengan lomba sampai malam ada kejadian terkena covid, kelonggaran yang diberikan ke kita dunia burung akan dicabut, rugi semua kan.”

 

LOMBA DIBUKA LAGI, PEDAGANG IKUT KECIPRATAN REJEKI

 

Salah satu event yang mencoba tidak asal-asalan dalam membuka kelas/sesi, adalah yang dilakukan Cak Parno dan kawan-kawan dari Handayani BC Gunung Kidul. Menggelar event pembuka usai pandemi Temu Kangen Kicau Mania (Minggu 26 Juli), Yudi Basuki dan kawan-kawan hanya membuka 19 sesi saja.

Demikian pula dengan Agung Qpt dan kawan-kawan dari BnR Magelang yang pada 9 Agustus besuk hendak menggelar Robert Pantau Peduli Covid-19. “Kami optimis sudah bisa rampung sebelum jam 18.00, karena kami hanya main 23 sesi, dan sebagian sesi kami yakin waktu penilaiannya bisa lebih cepat,” tandasnya.

 

Hari ini belum pakai TWISTER? Segera merapat di kios-kios / agen terdekat, bila belum ada mintalah untuk menyediakan, biar Anda dan para kicau mania lainnya lebih mudah mendapatkannya. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline 08112663908.

 

Hal yang sama juga ditekankan oleh Samuel dari PBI Semarang yang hendak menggelar Twister Cup #2 pada 25 Oktober yang akan datang. “Sebenarnya soal lomba rampung maksimal jam 18, sudah jadi aturan baku di PBI jauh sebelum ada pandemi corona. Kaitannya dengan Twister Cup 2 yang masih berada dalam masa pandemi, selain jumlah sesi sudah dihitung agar tidak lewat jam 18.00, jumlah peserta tiap kelas juga kita batasi hanya 36-G saja, terus di dalam kita sediakan kursi untuk peserta dengan jarak aman. Protokol lain juga tetap berlaku.”

Terus adakah solusi yang jitu dan paten supaya lomba benar-benar tidak melewati jam 18.00, atau malah jam 17.00 sebagaimana yang diharapkan bang Boy? Banyak yang berharap pihak berwenang yang jadi semacam regulator dalam mengatur waktu kegiatan masyarakat, termasuk lomba burung, bisa lebih ketat lagi dalam mengawasi.

 

 

Salah satunya disampaikan oleh Mr. One D, tokoh kicaumania dari kota kembang Bandung. “EO mau main berapa sesi pun silakan, yang penting pada jam yang ditentukan, katakan jam 17.00 atau 18.00 harus sudah selesai. Kalau belum rampung juga, ya tidak usah ragu-ragu, sudah langsung prittt saja kayak wasit sepak bola... stop, ditutup, kelas-kelas yang belum main tidak perlu dilanjutkan!”

Menurut One D, lomba sampai larut malam sangat beresiko di saat pandemi belum berakhir. “Kita lelah, imun pasti menurun. Apalagi yang luar kota, masih harus pulang jauh. Jadi, ketegasan dari pihak berwenang yang mengeluarkan ijin itu sangat perlu. Mungkin tidak enak banget ya, lomba belum rampung kok dihentikan. Tapi bagaimana pun, kesehatan dan keselamatan kita semua mesti jadi yang utama. Lomba kan masih bisa besuk-besuk lagi... pilih saja yang sesi-sesi awal sampai maksimal sesi tengah.”

Anda setuju dengan solusi yang terakhir ini dari Mr. One D? [maltimbus]

 

Apapun problem "bunyi" pada burung Anda, dari mulai MACET sampai hanya mau tampil angot-angotan, berikan MONCER-1, tunggu beberapa hari, langsung JOSS.

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp