HARI GINI TIDAK MAIN VIDEO, BISA DIANGGAP KETINGGALAN LOH

KONTROVERSI VIDEO LOMBA BURUNG

Bisakah Untuk Menilai Layak/Tidaknya Jadi Juara?

Polemik rekaman video di lomba burung kembali mengemuka. Banyak video yang diambil saat di gantangan lomba, sebenarnya lebih pas ditempatkan sebagai dokumen, koleksi, atau sekadar ajang show.  Ada syarat yang harus dipenuhi agar bisa jadi “mata dan telinga” yang lebih baik dari juri.

 

 

VIDEO YANG DIPERMASALAHKAN SETELAH DIPUBLIS

Tulisan ini merupakan catatan pribadi, ingin mengambil gambaran umum dari masalah yang pernah terjadi terkait efek samping yang disebabkan oleh video yang merekam penampilan burung di gantangan. Penulis tidak ingin secara khusus menunjuk even, EO, atau pemilik burung. Kebetulan saja masalah ini ramai lagi setelah kejadian di Presiden Cup V, maka itu yang jadi cantolan.

Agar ada gambaran yang lebih lengkap, saya coba cerita kilas balik beberapa video yang pernah bikin heboh dunia (lomba) burung berkicau.

Pertama, video yang menyandingkan dua burung, sebut saja A dan B di sebuah even yang cukup penting dan jadi perhatian publik. Burung A banyak berulah, termasuk terekam suka mematuk bagian mata kakinya, seperti merasa kurang nyaman. Burung B yang disandingkan secara umum tampil lebih bagus.

Juri kemudian memilih A yang jadi juara. Bisa ditebak, para pemirsa warganet pun banyak berkomentar nyinyir. Burung seperti itu kok juara, memang tidak ada lainnya yang lebih baik?. Video ini pun viral. Polemik berkembang. Panitia pun mencoba memberi penjelasan setelah mencari tahu duduk soal dari si perekam atau pembuat video.

 

Burung tampil wow di segala kondisi, mau? Di MONCER1 saja... dari Super Kicau Grup yang terpercaya.

 

Si pembuat video akhirnya mengakui, dua gambar yang disandingkan ternyata tampil di kelas/sesi yang berbeda, bukan burung yang sedang bertarung di sesi yang sama. Si pembuat Video juga mengakui, ini memang didisain untuk mengejar viewer, rating.

Kasus ke dua, sebuah rekaman video yang dibuat by order, atau pesanan dari si pemilik burung. Tentu saja, ini burung secara umum dianggap bagus, unggulan, dan berpotensi juara. Burung itu akhirnya memang juara.

Tidak pakai lama, video itu kemudian dipublish, dengan disertai ulasan dan keterangan penuh puja-puji sebagai burung yang mewah, paling menonjol, wow, dan semacamnya, hingga meraih juara di kelas paling bergengsi.

 

HP PINTAR. PIRANTI PRAKTIS UNTUK AMBIL VIDEO

 

Banyak komentar positif yang kemudian menyertainya. Tentu, kita tidak pernah tahu pasti apakah komentar itu tulus, atau sekadar pengin menyenang-nyenangkan si pemilik burung. Misalnya beragam komentar pendek seperti mantap, mewah, jos, idola, dan semacamnya.

Tetapi, entah disengaja atau tidak, disadari atau tidak oleh si pembuat , pada video itu ternyata juga masih terlihat dengan cukup jelas penampilan beberapa burung di sekitarnya. Anggap burung yang juara dan ingin direkam secara khusus itu C, dan yang di sebelahnya D.

Mau tahu komentar yang kemudian berkembang lebih luas? “Menurut saya D lebih bagus, lebih layak jadi juara,” atau “Saya pilih D,” atau “D yes,”. Komentar-komentar terakhir yang negatif itu, kemudian malah lebih cepat viral daripada yang positif dan penuh puja-puji. Apa yang diharapkan oleh si pemilik burung untuk mendapat sanjungan, tidak tercapai, malah dapat komentar nyinyir.

Dua contoh di atas adalah masalah yang disebabkan setelah video dipublish, lalu viral. Sementara yang terjadi di Presiden Cup V, adalah peserta yang komplain, dengan ingin menunjukkan video sebagai “alat bukti” yang dianggap otentik.

Kasus seperti ini sesungguhnya sudah kerap saya jumpai. Tentu saja, karena ini terjadi di Prescup, efek publisitasnya menjadi begitu besar. Rasa ingin tahu publik kicaumania terhadap apa pun yang terjadi di even ini sangat tinggi. Masalah kadang menjadi melebar dan mudah berbelok arah karena banyak komentar dari mereka yang sesungguhnya tidak tahu persis apa yang terjadi. **

 

 

 

VIDEO BISA SEBAGAI ALAT BANTU / BUKTI?

Kembali ke pertanyaan awal, bisakah video dijadikan bukti atau alat bantu untuk memprotes hasil penilaian? Harus dipahami dulu, sebenarnya apa sih yang bisa kita dapat dari sebuah video rekaman burung yang ada di gantangan?

Sekali lagi perlu digarisbawahi di sini, video yang diambil saat burung sedang berada di gantangan, dalam situasi sedang lomba. Bukan rekaman yang diambil saat di rumah atau tempat lain di luar lomba.

Saya ingin mengatakan bahwa dari video-video yang selama ini ada, paling tidak sejauh yang pernah saya tonton, hampir semuanya lebih memperlihatkan tampilan visual saja. Kita hanya bisa “menafsirkan” kualitas si burung dari bagaimana ia membuka paruh/mulut, bagaimana gayanya, juga (dengan asumsi video itu utuh tanpa dipotong/edit) apakah sang jago sering berhenti/ngetem, sering lompat, turun, ngeruji, dan semacamnya.

Jadi, kalau misal peserta komplain, “Kenapa burung saya kok kalah,”, kemudian juri menjawab “Maaf, burung Anda kurang kerja,” atau “Burung Anda banyak ngetem,” atau “Burung Anda sering ngeruji,” atau “Burung Anda nebok lama,” ...

Anda mungkin bisa membawa dan menunjukkan itu video untuk komplain. Dengan cara dan bahasa yang baik dan sopan, silakan sampaikan komplain. Misalnya seperti ini,

“Maaf pak juri, saya punya rekaman utuh nih, yuk kita lihat bareng-bareng apa betul burung saya banyak ngetem. Kalau di rekaman ini memang ada seperti itu, saya akan terima keputusan para juri membuang burung saya dari daftar ajuan.”

 

 

 

DISTORSI SUARA

Bagaimana dengan audio atau suara. Nah ini masalahnya. Hampir semua yang merekam burung di gantangan, tidak memasang micropon di dekat paruh burung. Apalagi di even seperti Presiden Cup, yang melarang pemasangan aksesoris di luar yang standar.

Sebagian mengandalkan micropon build in yang sudah ada di dalam kamera. Kalau pun ada yang memakai micropon eksternal, tetap saja masih menempel di kamera. Jarak dengan burung cukup jauh. Maka suara yang terekam sudah sangat distorsif.

Karena jarak (mic) lebih dekat ke penonton, yang terekam lebih menonjol tentu suara penontonnya. Ketika penonton kita asumsikan tertib dan senyap, suara yang terekam pun sudah berbaur dari suara banyak burung.

Saat mendengarkan langsung di lapang, kita mungkin masih bisa membedakan, oh itu suara dari nomor gantangan sekian, itu suara dari burung yang di ujung sana. Tapi begitu sudah melihat dari rekaman video, sudah tidak jelas itu suara dari burung yang mana, kecuali yang di saat lainnya di sekitarnya lagi pada diam, kita bisa berasumsi itu suara dari burung yang sedang kita rekam.

Maka ketika jawaban juri sudah mengarah pada materi suara, misalnya dianggap kalah variasi lagu, kalah volume, cara bawa lagunya patah-patah, dan semacamnya, kemungkinan besar video yang akan kita tunjukkan sebagai alat bukti, tidak akan banyak membantu.

Dua hal di atas sekadar untuk menjelaskan, apakah sebuah rekaman video bisa jadi alat bantu atau bukti komplain pada hasil penjurian.

 

BANYAK PEWARTA / VIDEOGRAFER KHUSUS (LOMBA) BURUNG.

 

AGAR VIDEO BISA MEMBANTU UNTUK MENILAI BURUNG

Apakah video bisa dijadikan dasar untuk menilai layak atau tidak juara? Sejujurnya, saya ingin menjawab TIDAK, dengan alasan yang sudah diuraikan di atas: bahwa hampir semua  video burung hasil rekaman di gantangan saat sedang lomba, lebih menunjukkan tampilan visual saja.

Tidak ada yang benar-benar disertai dengan suara yang jernih, bersih, dan membuat pemirsa video mampu membandingkan dengan suara burung lainnya. Suaranya sudah distorsif, karena semua yang bunyi terekam, bahkan ketika para penonton berteriak, suara para penonton jauh lebih menonjol. Padahal, penilaian utama pada lomba burung berkicau seharusnya pada faktor suaranya.

Tetapi, kalau pun tetap ingin ngotot menjadikan video sebagai salah satu alat bantu dalam menilai mana burung yang dianggap paling baik dan layak juara, atau mau membandingkan satu burung dengan yang lain, ya bisa saja, dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi, paling tidak seperti berikut ini”

  1. Semua burung yang ingin dinilai dan dibandingkan harus direkam.
  2. Rekaman harus dilakukan pada saat yang sama, kelas yang sama, dan sudut pandang yang hampir sama.
  3. Harus ada yang bertindak sebagai “juri” untuk para pembuat rekaman, untuk memastikan rekaman itu harus “on” pada saat yang sama, dan “off” pada saat yang sama.
  4. Rekaman itu harus diputar ulang dalam kondisi utuh, tidak ada potongan atau editing

Jadi, kalau seseorang ingin mengkomplain penjurian, dengan tujuan ingin menunjukkan bahwa burung miliknya lebih layak jadi juara, ya harus bisa menunjukkan video lain dari burung yang ingin dibandingkan, misalnya yang juara 1. Lebih fair lagi kalau punya rekaman burung dari yang juara 1 – 10.

Itu baru kita bisa menilai dan membandingkan, meskipun sebenarnya ya terbatas hanya menafsirkan dari penampilan visual saja.  Setidaknya ini lebih fair, karena kita juga bisa menunjukkan burung-burung yang mau dibandingkan.

 

TAK PERLU ADA TANDA INI DI LOMBA BURUNG. ASAL TAHU ATURAN DAN KEGUNAANNYA

 

MEREKAM BURUNG TERTENTU SAJA (PESANAN LAGI), BOLEH ATAU TIDAK?

Lalu, apakah merekam hanya satu atau beberapa burung tertentu saja, entah karena pesanan, atau oleh si pembuat video dianggap bagus, sebaiknya diperbolehkan atau tidak? Menurut saya sih tetap boleh-boleh saja.

Tapi ingat, kegunaan video seperti itu lebih pas sebatas sebagai dokumentasi atau koleks! Dokumen atau koleksi itu juga boleh dan bebas dipublikasikan, sekadar ingin show atau pamer misalnya. Sebutlah dengan memberi ulasan seperti ini, “Halo semua, boleh kasih masukan dong, bagaimana dengan tampilan momongan saya nih, kira-kira kurang apa ya....”

Beda loh, kalau ulasannya jadi seperti ini... “Burung seperti ini kok tidak kepakai, mau seperti apa lagi ya yang dicari juri di sini..,?” Ingat, kalau ini pilihannya, Anda harus mampu menunjukkan juga video burung lain yang mau dibandingkan. Itu baru fair.

Saya juga ingin cerita. Beberapa kali pernah merekam burung di gantangan karena pesanan dari si pemilik. Saya punya dugaan, yang diinginkan oleh pemilik burung dari rekaman yang kami buat adalah seperti: saat si pemilik tidak bisa datang, ia pengin melihat penampilan utuh dari gaconya. Buat membandingkan juga dengan laporan dari krunya.

Misalnya, burung tidak masuk juara, lalu kru bikin laporan ABS (asal bapak suka), “Burung bagus bos, tapi juri tidak mau lihat, harusnya bisa dapat koncer.” Nah, dia bisa ngecek apakah laporan kru-nya betul, atau hanya supaya tidak dimarahi karena burung tidak kerja, takut dituduh menyiapkannnya tidak serius.

Saat datang pun, ia minta dibuatkan rekaman videonya. Dari video itu, setelah di rumah ia merasa bisa mengamati dan memantau secara lebih lebih utuh dan fokus. Bagaimana bila burung yang saya rekam kebetulan juara, apakah langsung suruh publis?

Ternyata tidak, ia tetap harus melihat dan mengecek dulu secara seksama.  Ia ingin memastikan bila menangnya memang karena burung tampil sangat bagus. Bukan menang secara kebetulan, karena musuhnya pada tidak tampil misalnya. Ia akan merasa malu kalau sampai “pamer” burung juara, padahal secara penampilan tidak benar-benar bagus.

 

Bagaimana menurut Anda? Maaf, catatan ini agak panjang, tapi semoga tidak bikin bingung. Ohya, Anda boleh dan bebas loh untuk tidak sepakat dengan saya, silakan bila ingin memberikan masukan melalui email jumatim@gmail.com, atau ke 0817.0251.279 (bisa WA).

 

Timbul Sunoto

(sering nonton LOMBA burung,  bukan pengamat apalagi kiermaster)

 

KATA KUNCI: presiden cup v mb jambrong mb donking video burung polemik video burung kontroversi video burung banyak peserta nginap hujan deras peserta tak beringsut h sigit wmp love bird legendaris

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp