RONGGO DAN ASEN HELM (dok mediaronggolawe.com, ppmbsi.com)

KIRIM 4 KIERMASTER KE PASURUAN

Asen Helm Dapatkan Ronggo, Pembalap Muda Juara

Asen Helm menjadi salah satu orang yang masih terus dibicarakan usai Lomba Merpati Balap Tingkat Nasional PPMBSI dalam rangka HUT ke-75 TNI AU di Lanud Raci Pasuruan, 9-11 April yang lalu. Di giringan Nasional pertama tahun ini, Asen merogoh kantong cukup dalam untuk mendapatkan dua pembalap.

Asen mengaku lagi semangat-semangatnya berburu jago baru, setelah sebelumnya lebih fokus memburu bahan-bahan untuk materi kandang. “Puji syukur, kali ini dapat rejeki bisa mendapatkan salah satu pembalap yang benar-benar berkualitas, prestasinya pun terbukti di event nasional ini,” terang Asen sebagaimana dikutip oleh media resmi ppmbsi.com.

Ronggo, salah satu pembalap yang sudah di-deal di babak keempat, akhirnya meraih runner up di kelas Utama Senior yang digelar hari Minggu. Asen pun semakin merasa bahwa Ronggo adalah rejeki untuknya, bukan semata karena meraih juara ke-2, tetapi di babak grand final juga sempat dikira hilang.

 

“Anak-anak sempat lapor Ronggo mungkin hilang, di final ceritanya terbang ninggal lawan, tapi naik dan menjauh dari patek. Hari waktu itu sudah gelap juga. Sudah lebih dari satu menit sejak burung lawan  sampai ke patek, belum turun juga."

Asen mengaku sempat mengikhlaskan, burung baru beli, berpeluang juara, ee langsung hilang. "Kemudian anak-anak menghubungi lagi, lapor akhirnya burung mau turun. Ya saya semakin bersyukur, ini memang rejeki kita rupanya, bisa langsung juara 2 lagi, benar-benar kita syukuri,” terang Asen lagi.

 

 

BUKTI DI LAPANG

Bagaimana Asen bisa mendapatkan pembalap yang disebut-sebut begitu bagus, sampai akhirnya meraih runner up dari total peserta 770, tetapi sudah deal di babak-babak awal? Antara pihak Asen dengan pihak Fendi, pemilik lama, memang sudah deal di babak ke-4, belum sampai separuh dari seluruh terbangan.

Masih menurut ppmbsi.com, Asen secara khusus mengirimkan 4 kiermaster ke Pasuruan untuk memantau jago-jago yang bertarung. Keempat utusan Asen adalah Rahmat Phoenix, Iwan Wibisono, Jujun, dan Japar.

Dari hasil pengamatan empat utusan itulah, Asen memutuskan untuk membeli dua pembalap yang masih muda usia, Ronggo dan ACDC. Kedua pembalap itu disebut Asen berasal dari Pamekasan, Madura.

Berbeda membeli materi ternak yang lebih mengulik trah, memantau di lapang tentu saja lebih pada mencari burung-burung yang benar-benar terbukti memiliki perfoma apik, terbangnya kenceng, stabil, dan secara umum bisa nembak ke arah joki dengan baik.

Bila perfoma di lapangan yang lawannya juga burung-burung bagus dari para balap mania papan atas juga menunjukkan kinerja yang bagus, diyakini trahnya pasti bagus juga.

 

JUJUN (KIRI) DAN REKAN, BERSAMA RONGGO DI DEPAN KANDANG DI JEMBER

 

“Terkait Ronggo, kami memberikan rekom ke bos karena burung memang terbangnya sangat bagus. Selain kenceng dan kuat, sering ninggal lawan, pas gandeng juga bagus bisa molor lalu sprint dan nembak ke patek lebih dulu. Kalau di lapang sudah terbukti, yakin trahnya pasti bagus," ujar Jujun, salah satu kiermaster yang juga menjadi joki untuk pembalap-pembalap milik Asen.

Sebaliknya, masih menurut Jujun, kalau beli mau buat main tetapi memilih dari trah, belum tentu burung itu langsung bagus di lapang. "Sering kali kondisi terbaik baru muncul pada generasi berikutnya, anaknya, bahkan bisa juga baru pada cucu atau generasi lebih bawah lagi,” imbuh Jujun.

Alasan lain merekomendasikan Ronggo, karena burung juga masih sangat muda. “Masih piyik asli, belum loloh, tapi sudah berani diturunkan di kelas Senior, dan bisa terus lolos hingga babak final. Ini menunjukkan Ronggo sangat luar bisa, matang baik secara fisik maupun mintal,” imbuh Jujun.

Soal “hanya” meraih posisi ke-2, mungkin memang sedikit kurang beruntung.  “Dalam lomba merpati, hal-hal seperti ini memang kerap terjadi. Tidak selalu burung yang terbangnya lebih kenceng pasti juara. Belum juara 1, tapi kami benar-benar masih beruntung dan diberikan rejeki karena Ronggo sempat naik dan menjauh dari joki agak lama, kami sempat berpikir mungkin hilang, ternyata mau turun.”

 

 

HARGA MASIH “MIRING”, REJEKI TAK KE MANA

Burung yang bisa sampai babak final hingga akhirnya meraih runner up di laga tingkat nasional, biasanya sudah dibandrol tinggi. Berapa Asen merogoh kocek untuk mendapatkan Ronggo?

“Kami sudah negosiasi di babak-babak awal, belum sampai separuh, lalu deal tepatnya di babak ke-4. Pihak pemilik awalnya pasang harga 60 juga, tapi anak-anak minta 50 juga. Akhirnya sepakat kami naik separuh sana juga turun separuh, jadilah deal 55 juta rupiah. Itu angka riel, tidak saya naikkan atau turunkan. Apa adanya saja,” tandas Asen.

Menanggapi berita di ppmbsi.com bila Ronggo kena 55 juta rupiah, sejumlah balapmania menyebutkan itu harga yang masih relatif murah.

“Masih murah itu kalau 55 juta untuk burung seperti Ronggo yang terbukti bisa sampai ke babak final,” ujar Pak Carik, yang menjadi joki Jack Miller, sang kampiun alias juara 1 di kelas Utama Senior.

Pak Andri, nama asli Pak Carik, juga mahfum bila harga semiring itu bisa terjadi karena sudah deal di babak ke empat. “Saya kira kalau proses negonya sudah di babak-babak akhir, katakanlah ketika sudah semifinal, apalagi final, bandrolnya akan jauh di atas angka itu. Ya itu namanya rejekinya Pak Asen, kadang sulit dinalar, tidak bisa dicemburui juga. Kami ucapkan selamatlah buat Pak Asen dan teamnya. Semoga ke depan persaingan semakin seru dan menarik, balap merpati tambah meriah,” lanjut pak Carik.

 

 

MASIH AKAN TERUS BERBURU LAGI

Meski tidak hadir langsung, Asen sendiri mengaku sangat bersyukur bisa mendapatkan jagoan sekelas Ronggo. “Terimakasih sekali, anak-anak bekerja sangat baik dalam memantau. Semoga Ronggo dan ACDC bisa semakin matang di kandang kami di Jember.”

Asen pun menambahkan bila burung-burung yang berasal dari Fendi Pamekasan, pemilik awal Ronggo, ternyata bagus-bagus semua. “Itu Bocil yang juara kelas Perang Bintang, masih ada ikatan darah atau saudara dengan Ronggo, langsung dibeli orang Medan. Terus ada lagi, malah saudara satu sarang dengan Ronggo yaitu New Harimau yang bertarung di kelas Junior, juga diambil orang Medan. Ronggo dan New Harimau itu sama-sama anak dari Harimau. Trah selengkapnya saya belum begitu paham, tapi dari bukti perfoma serta jago-jago lainnya yang tampil bagus, yakinlah itu memang burung bagus, dari trah yang bagus juga.”

 

SUPER N, cocok untuk mengobati semua jenis burung, termasuk MERPATI.

 

Setelah di Pasuruan mendapatkan Ronggo dan ACDC, Asen masih bertekad untuk terus mencari dan memburu pembalap-pembalap lainnya, baik yang muda prospek atau yang meraih juara.

“Tergantung bagaimana ketajaman anak-anak saat memantau. Kalau sudah nemu incaran dan bisa deal sebelum babak pertengahan ya bagus, kalau deal-nya baru setelah babak akhir atau malah sudah juara, ya prinsipnya tidak apa-apa. Semua tergantung situasi di lapangan. Ada rupa, ada harga.”

Semangat Asen yang masih akan terus memburu pembalap-pembalap lainnya, diharapkan juga menyulut semangat balap mania lainnya, sehingga dunia merpati balap bisa kembali lebih bergairah dan semarak, meski di tahun pandemi yang mesti diikuti dengan kebiasaan baru.  [asept, maltimbus]

(konten berita ini sudah tayang di ppmbsi.com dengan judul: Setelah Take Over Ronggo, Asen Helm Masih Akan Terus Memburu Pembalap Lainnya)

 

KATA KUNCI: asen helm ronggo ppmbsi

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp