DI LUAR GERIMIS, PESERTA DUDUK MANIS DI SISI PINGGIR GANTANGAN

GANTANGAN LEGIAN BC BALI

Dipakai Tiap Hari Bergiliran Lintas EO, Sering Didatangi Kiermaster Luar Kota

Salah satu gantangan yang sudah dan tetap eksis di Bali, selalu aktif menggelar lomba setiap hari selama kurang lebih 5 tahun, adalah Gantangan Legian BC. Sesuai namanya, gantangan ini berada di Legian, Kabupaten Badung, tak jauh dari pantai Legian dan Kuta. Menariknya, ada beberapa EO yang memanfaatkan gantangan ini secara bergantian setiap hari.

Pada Jumat 11 Desember, saat burungnews.com mencoba melihat dari dekat, adalah giliran BnR yang dipimpin oleh Ari Toto, serta Arif Budi selalu ketua BnR Denpasar – Badung. BnR mendapatkan jatah dua kali seminggu, tiap Selasa dan Jumat, dengan menggelar kelas-kelas beragam mulai anis merah, cucak hijau, lovebird, murai batu.

 

 

ARI TOTO DAN ARIF BUDI, BnR DENPASAR BALI

 

Ada juga EO yang hanya menggelar kelas tertentu saja. Misalnya pada Senin hanya membuka kelas lovebird saja. Sementara itu PBI yang dapat jadwal tiap hari Rabu, hanya membuka kelas anis merah saja dengan membuka Liga Anis Merah.

Di Bali khususnya Denpasar dan Badung, jumlah gantangan cukup banyak dan jaraknya saling berdekatan. “Ibarat setiap kampung itu ada bahkan bisa sampai dua gantangan. Kalau saya melihat sih gantangan yang berada di pinggiran lebih bisa eksis. Gantangan Legian ini termasuk yang berada di pinggiran,” terang Arif Budi yang diiyakan oleh Ari Toto.

 

Yang di desa, di kota. Yang ikut lomba atau sekadar didengar suaranya di rumah. Dari generasi ke generasi sudah memakai TOPSONG.

 

Menurut Ari, merekai sedikit banyak diuntungkan karena pemilik gantangan mematok biaya “sewa” dengan harga yang cukup terjangkau sesuai dengan kondisi peserta. “Biaya yang dipatok itu per burung di gantangan kena chas 2 ribu rupiah, bukan bulanan atau tahunan. Ini terus terang memang sangat meringankan kami. Di kala peserta kurang ramai, seperti hari ini karena cuaca yang kurang mendukung misalnya. Tarifnya proporsional dan cukup adil. Kami tinggal hitung jumlah burung di lapangan, dikalikan 2 ribu, terus kita bayarkan setelah lomba rampung.

Untuk menarik minat kicaumania, Ari dan kawan-kawan mencoba memberikan yang terbaik, dengan penjurian yang teliti dan apa adanya sesuai fakta lapangan. Dengan begitu, para kicaumania akan setia karena percaya dengan kinerja EO. Apalagi di gantangan ini kerap didatangi kicaumania dari luar kota untuk memantau dan berburu jago prospek.

 

NYOMAN SUMADINATA

 

Pemilik gantangan adalah Nyoman Sumadinata, kicaumania lawas yang dikenal dengan jago-jago murai batu dan dulu juga tledekan. Pak Nyoman, begitu beliau biasa dipanggil, sampai sebelum lomba pandemik sering lomba sampai jauh ke Jawa, utamanya Solo Raya dan Jogja. Beliau juga memiliki hotel Suriwathi yang cukup besar, bersih, dan nyaman di sekitar pantai Legian. Hotel dengan konsep cottage yang tiap kamar memiliki halaman ini sangat cocok bagi bara kicaumania yang menginap membawa burung, atau yang sekadar ingin melancong bersama keluarga.

Nyoman yang hadir di gantangan Legian sambil mencoba murai batu yang baru rampung mabung itu juga sempat bertemu dan berbincang dengan burungnews.com. Nyoman mengaku bila gantangan tersebut memang miliknya. “Saya sengaja pasang biaya yang terjangkau dan mudah pembayarannya, dibayar di belakang setelah lomba rampung, bukan bayar sewa di depan, supaya meringankan. Apalagi dalam kondisi ekonomi seperti sekarang ini, sedapat mungkin jangan sampai memberatkan EO dan kicaumania pada umumnya.”

 

Hari gini belum pakai TWISTER? Segera merapat di kios-kios / agen terdekat, bila belum ada mintalah untuk menyediakan, biar Anda dan para kicau mania lainnya lebih mudah mendapatkannya. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline 08112663908.

 

Nyoman mengaku tertarik dan naksir dengan salah satu peserta anis merah. “Pelan-pelan coba tanya siapa tahu mau dijual dan harga bisa bersahabat. Sejauh ini si pemilik belum mau melepas. Ya coba kita pantau lagi pada gelaran-gelaran berikutnya, apa penampilannya stabil dan materinya makin meningkat.”

Di sisi-sisi lapangan, juga tampak setidaknya 4 sampai 5 lapak penjual makanan dan minuman. Ibu Jero, salah satu pedagang, mengaku berjualan setiap sore. “Lumayan buat nambah-nambah. Biar sedikit selalu ada yang beli minum dan camilan. Kita syukuri karena hampir setahun terakhir ini kan ekonomi di Bali memang rapuh sekali karena nyaris sudah tidak ada turis lagi yang jadi sumber pendapatan utama di sini.”

 

 

Kegiatan lomba burung, meskipun hanya sekelas Latber atau Latpres, dirasakan sekali sangat membantu perekonomian, selain jadi sarana untuk melatih dan memantau kualitas burung, serta ajang silaturahmi antar penghobi burung. “Salah satu kelemahan gantangan ini karena belum ada lahan parkir yang memadai, khususnya untuk kendaraan roda 4. Kicaumania yang hadir ke sini pun didominasi memakai sepeda motor. Hanya beberapa yang hadir membawa mobil, parkir di tepi jalan. Semoga ke depan bisa kita sediakan lahan parkir yang layak,” imbuh Nyoman.

Sejumlah peserta kepada burungnews ada yang menyebut hendak menuju Bali Vaganza, ada pula yang tidak, dengan beragam alasan. “Sudah tidak kebagian tiket, jadi pengin nonton saja burung-burung papan atas seperti apa tampilnya. Banyak burung-burung bagus dari Jawa pada turun kabarnya,” ujar salah satu mereka. Peserta lainnya, memilih ke event lain lokalan Bali karena merasa burungnya belum mampu bersaing di level nasional. “Ada gelaran lain yang lokal Bali sini, saya kira untuk jago saya saat ini lebih bisa bersaing di sini. Ngotot di bawa ke event nasional Bali Vaganza paling ya percuma belum mampu bersaing.” [maltimbus]

 

 

PEDOK UNTUK ISTIRAHAT BURUNG

 

LAPAK PEDAGANG DI SISI GANTANGAN LEGIAN BC

 

KATA KUNCI: legian bc nyoman sumadinata nyoman sumanata nyoman bali gus tomox bnr denpasar

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp