BAMBANG DEWA, AJUAN TERBUKA SEJAK DARI PROSES ROLLING - BLOK DI SOFT LAUNCHING SAMURAI

BAMBANG DEWA

Tak Semudah Diucapkan, Lomba Ada Komplain Bukan Berarti Tidak Fair play, Lomba Adem Ayem Belum Tentu Fair Play

Fair play, sepertinya masih bakal menjadi kosa kata yang paling sibuk bersliweran di brosur lomba burung di tahun 2023. Itulah janji manis yang didengungkan semua penyelenggara lomba. Kicaumania disebut lebih mencari fair play ketimbang sekadar mengejar kemasan mewah.

Sampai di sini, sepertinya kita sepakat. Persoalannya, lomba fair play itu seperti apa. Secara teori, kalau juri memantau dengan hati nurani, keputusan diambil secara objektif berdasarkan fakta kualitas dan kinerja burung, tanpa melihat siapa pemilik.

Di lapangan, tidak sesederhana itu. Apalagi bila banyak burung kerja, kualitas relatif merata, peserta penuh atau mendekati penuh. Pemahaman juri satu dengan lainnya saja belum tentu sama, apalagi pemahaman sesama peserta, kemudian antara peserta dengan juri. Bisa melenceng jauh.

 

 

Juri sudah merasa bertindak benar, eh masih saja ada peserta yang menyalahkan. Ya, kalau sekadar bertanya baik-baik, tidak jarang dengan cara sarkas bahkan mengarah arogan dan anarki. Pada lomba yang gaduh seperti ini, biasanya cepat nyebar di media sosial. Apalagi kalau sampai ada adu jotos hingga lempar kursi.

Banyak komentar, yang secara umum, meskipun tidak hadir langsung di lapangan, akan menganggap event yang gaduh dan ribut, apalagi sampai mengarah ke rusuh, sebagai lomba yang tidak fair play. Setidaknya, menilai ada yang tidak beres pada panitia, atau pihak panitia tidak/belum sepenuhnya siap menggelar lomba.

Di sisi lain, ada juga lomba yang berlangsung kondusif, adem ayem, tenang, terasa nyaman. Kadang sering ada peserta tidak sepaham dengan keputusan juri, tapi bertanya dengan baik. Masih belum puas juga, paling hanya ngomel dan nggerundel di belakang.

 

 

Satu dua kicaumania ada yang tampak tenang dan diam di lapangan, tapi tak lama kemudian bernyanyi di media sosial. Kadang hanya mendapat tanggapan dari sedikit teman-temannya, kadang jadi viral apalagi bila dilengkapi dengan gambar atau vidio heboh dan bombastis yang mendukung.

Bambang Dewa, pendiri dan sesepuh Dewa 99 yang punya team juri dengan pengakuan luas karena dedikasi dan integritasnya, mengakui bila membuat lomba yang fair play itu memang tidak semudah mengatakan atau menuliskannya.

“Butuh upaya panjang, butuh energi dan kesabaran luar biasa. Secara penjurian, ada dua sisi yang harus dibina secara bersamaan, pertama soal kemampuan atau kecakapan teknis, kedua soal integritas atau kejujuran,” ujarnya mengawali penjelasan kepada burungnews.com.

 

BAMBANG DEWA, TIDAK MUDAH MENYAMAKAN PERSEPSI ANTAR JURI

 

Ditambahkan, juri pintar dan mampu tapi tanpa diback up integritas, hasilnya bisa (sengaja) melenceng. “Juri yang jujur, amanah, tanpa dibekali ilmu, pengetahuan, jam terbang, dan mental yang cukup, hasilnya juga bisa keliru,” imbuhnya.

Dari pengalamannya baik ketika bertugas maupun ketika hanya datang untuk menonton dan memantau suatu lomba, Bambang melihat publik sering salah kaprah ketika menilai suatu lomba.

“Saya kan kalau pas sedang tidak tugas, juga kerap hadir ke sejumlah event, apakah itu yang dekat derah Surabaya Raya atau Jawa Timur, bahkan juga jauh ke blok tengah hingga blok barat. Ya kadang lebih untuk silaturahmi, kadang juga karena penasaran dengan gebyarnya yang luar biasa, menawarkan sesuatu yang baru termasuk dalam hal penjurian. Kan pengin tahu juga, seperti apa, kalau memang bagus, kenapa tidak coba juga kita adopsi. Kira-kira begitu.”

 

 

Sering terlihat lomba yang rapih, kondusif, adem ayem, secara garis besar terlihat tanpa komplain. “Apakah lomba yang landau-landai saja itu berarti fair play, secara saya belum tentu. Sisi positif yang bisa kita ambil pelajaran, panitia memang benar-benar sangat siap, membuat peserta benar-benar bisa dininabobokan, juga menyiapkan antisipasi untuk menjaga ketertiban dan kondusivitas suasana lomba. Sementara dari sisi penjurian, kalau kita yang sudah sering menjuri tentu paham, masih sering keliru dalam memilih juara. Bisa jadi karena faktor SDM atau beda-beda pemahaman tentang burung yang bagus, antau karena faktor x, wallahualam.”

Di sisi sebaliknya, Bambang juga mengaku kerap melihat team juri sebenarnya sudah benar dalam menentukan juara. “Tapi tetap ada beberapa peserta yang kebetulan kalah tidak terima, komplainnya keras dan gaduh. Kadang sampai viral di media sosial. Secara umum, event itu jadi dapat penilaian kurang sukses, jurinya dianggap kurang profesional. Padahal, ini lebih karena panitia penyelenggara yang kurang siap, kurang rapi, termasuk antisipasi terhadap berbagai kejadian.”

Dalam sejumlah kasus lainnya, komplain peserta memang bisa diterima, karena team juri memang terlihat sekali sangat berani dalam memenangkan burung tertentu. Burung yang melakukan pelanggaran, menurut pakem EO tersebut harusnya diskualifikasi atau setidaknya dikurangi nilainya, atau secara kinerja kurang, masih tetap dipaksakan juara.

 

BARU... TOPSONG PREMIUM, mengandung enzim alami serangga, burung lebih gacor, daya tahan lebih tinggi. Tersedia TOPSONG PREMIUM ANIS MERAHMURAI BATUHWAMEY (PREMIUM GOLD), LARK / BRANJANGANMINI PELETBEO.

Segera dapatkan di kios langganan Anda, buktikan perbedaannya.

 

“Ya memang masih ada situasi seperti itu. Kita tidak tahu persis apakah itu lebih karena faktor SDM juri yang kurang matang dan siap secara mental, terus situasi lomba yang kadang sudah kurang kondusif, teriakannya berlebih, sampai masuk dan mendekat area penilaian, hinngga membuat juri tertekan bahkan terintimidasi, atau memang karena si juri baik secara sendiri-sendiri atau berjamaah memang dikondisikan untuk mendukung burung tertentu. Hanya Tuhan dan para juri, mungkin juga si pemilik burung, yang benar-benar tahu biangnya.”

Bagaimana dengan kesiapan team juri Dewa 99 yang akan bertugas di Soft Launching Samurai pada 8 Januari besuk? “Kalau dari sisi Dewa 99, selaku team penilai, kami sudah sangat siap. Juri-juri terbaik dengan jam terbang yang cukup, mental yang kuat, pemahaman terkait burung yang mendekati sama, sudah kita siapkan. Soal siapa-siapa individu jurinya, mohon maaf tentu tidak bisa saya buka di sini. Yang jelas siapa pun itu, saya berani jamin semua akan bertugas profesional, apa adanya, tegas tidak terima titipan apa pun bentuknya. Tidak perlu ada odeng-odengan kalau bersama Dewa 99. Kalau tidak percaya, silakan saja coba. Kalau ada yang terbukti berani bermain lancung, kita tidak ragu untuk memberikan sanksi tegas.”

 

 

Rimba Star, dari Samurai, memastikan persiapan lomba sudah sangat bagus. “Persiapan bahkan sudah jauh hari, kita tidak hanya menyiapkan teknis lombanya, tapi juga menyiapkan dan mengedukasi kicaumania yang hendak ikut lomba. Ibaratnya, sudah kita seleksi yang punya keinginan, atau misi sama. Ingin lomba tenang dan nyaman. Semua siap dan sepakat untuk bisa tertib, kondisi, menjaga diri dan kru, bila ada permasalahan seperti kurang sepakat dengan keputusan juri, bisa dilakukan dengan cara yang baik, beretika bermartabat.”

Tuntuan untuk bisa mengikuti tatib lomba dengan baik, tidak hanya dengan member dan rekom yang sejak awal memang sudah sepakat, tapi juga diedukasikan ke peserta umum yang belum jadi member maupun rekom. “Targetnya bukan semata jumlah peserta, tapi bagaimana lomba bisa berjalan rapi, kondusif, nyaman, menghibur. Itu dulu,” imbuh Rimba.

Antisipasi juga sudah dilakukan, belajar dari sejumlah event. “Kita pakai dua pagar. Pagar pertama, membatasi area penilaian dengan area peserta (dibatasi untuk pemilik atau joki), pagar kedua membatasi ruang untuk peserta dengan penonton umum. Tiap satu burung disediakan kursi di antara pagar pertama dan kedua, tersedia juga meja untuk memberikan layanan makanan ringan dan minum. Dengan peserta yang dibatasi yang bisa mendekat burung, Insya Allah bisa dikondisikan situasinya untuk tetap tertib, tenang, kondusif.”

 

Burung yang sebelumnya bunyi tiba-tiba MACET dan memBISU? Berikan MONCER-1 selama beberapa hari, lihat perbedaannya dalam 5-7 hari, dijamin langsung JOSS kembali.

 

Bagaimana pakem yang berlaku untuk murai batu, cucak hijau, kacer, dan cendet di event Soft Launching Samurai, bisa dilihat dan dipelajari kembali di bawah ini. Team juri Dewa 99 akan menilai burung dengan ajuan yang benar-benar terbuka sejak dari proses awal, sejak rolling / blok.

“Tiap rolling / blok, juri akan menancapkan bendera kecil tanda kelayakan pada burung yang dianggap bagus dan masuk. Begitu sampai 4 blok dinilai semua, kemudian ada waktu untuk pantauan bebas, yang lebih fokus dengan memperhatikan pada burung yang dapat bendera kelayakan. Jumlah bendera kelayakan, setelah dibanding-banding / pantau bebas, jadi rujukan untuk menentukan ajuan mentok hingga akhirnya ajuan koncer,” jelas Bambang lagi.

Sementara itu, Rimba mengakui, sejumlah sahabat kicaumania mengaku terus terang belum siap lomba dengan sistem yang benar-benar ketat dan terbuka, dengan team juri yang dikenal anti odeng. “Ya tidak apa-apa, kami mencoba menawarkan sesuatu yang menurut kami relatif baru dan baik, tertarik dan siap, silakan gabung. Ada yang ngomong jujur ke kita kalau berhadapan dengan juri Dewa 99 yang sulit ditembus odeng, belum siap. Sekali lagi, tidak ada masalah bagi yang belum siap, sekarang lomba burung itu seperti pasar bebas, ada banyak pilihan.” [maltimbus]

BROSUR SOFT LAUNCHING SAMURAI:

 

JADWAL LOMBA SOFT LAUNCHING SAMURAI:

 

 

BROSUR TUGU MUDA CUP:

KATA KUNCI: bambang dewa soft launching samurai rimba star damara fx grand sondokoro samurai sahabat murai indonesia

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp